Wednesday 14 October 2020

Jurnal Pertamaku di Q1

 Sebenarnya proses untuk menulis jurnal ini tidak instan. Seingatku, aku sudah mulai mendapatkan hasil dari eksperimenku sekitar bulan maret lalu. Saat itu komputer yang dibelikan oleh pembimbingku belum datang, jadi aku terpaksa harus running di google colab. Itupun butuh akses internet yang banyak, padahal waktu itu aku ga punya langganan jaringan internet yang unlimited, jadi terpaksa kalau running harus ke lab. Atau kalau waktunya sore harus momong, ngajak anak ke parents room yang ada di Reid Library. Sementara anak main, aku running eksperiment. Trus akhir maret kalau ga salah, ada himbauan stay at home, setelah ada satu orang di Western Australia yang meninggal. Awalnya sempat bingung, bagaimana harus running? Alhamdulillah, di waktu yang hampir bersamaan dapat kabar kalau komputer yang dibelikan sama spv sudah datang. Boleh di ambil dan di bawa pulang. 

Karena komputer sudah di rumah, alhamdulillah masalah resource untuk eksperimen ga masalah. Alhamdulillah bisa running dengan sangat cepat, yang awalnya butuh 2 jam untuk satu eksperiment, ini hanya butuh waktu kurang dari 10 menit. Bisa dibandingkan bedanya kan. Trus karena masing-masing kasus harus diulang 10 kali, aku bisa eksperiment sambil masak. Jadi running dulu, trus di tinggal masak. Sambil sesekali di cek. 

Alhamdulillah akhir april masalah eksperiment sudah selesai, sebenarnya draft sudah mulai saya tulis juga. Alhamdulillah, draft selesai sekitar bulan mei. Full draft tadi akhirnya direvisi bolak balik oleh pembing ke 4, ke 2, dan ke 1. Awalnya aku bimbingan Full draft ke pembimbing 4, setelah pembimbing 4 Ok. Lanjut ke pembimbing 2, di pembimbing 2 ini proses agak alot. Beliau menanyakan kontribusi. Kontribusi yang tak tuliskan katanya masih kurang. Di sini mulai bingung, down, stress. Akhirnya lanjut baca lagi, nambah eksperiment lagi, begitu terus sampai pada satu titik, aku sudah bosan dan sudah ga tau apa yang harus lakukan lagi untuk paper ini. Dari situ pembimbing satu mulai ikut membantu. Beliau akhirnya mereview draftku walaupun pembimbing 2 belum meloloskannya. Review dari pembimbing 1 selesai dalam waktu kurang dr 1 minggu. Draftku sudah mulai tampak lebih indah. MasyaAllah keren banget pembimbingku ini. Comment dari pembimbing 1 "I like the story, I want to buy this, which mean draft ini menurut beliau layak terbit". Habis itu baru pembimbing 2 mulai mau mereview lagi dan hasil reviewnya lebih tajam. Aku sampe ga bisa tidur, stress, depresi, itulah yang aku alami selama 5 hari. Sampe-sampek aku sholat tahajud menangis minta sama Allah bisa tidur. Rasanya berat, badan capek, pikiran capek tapi ga bisa istirahat. Konsultasi sama teman, disarankan untuk refreshing, olah raga, istirahat sejenak. Akhirnya aku ikuti saran-saran dari teman, tidak lupa juga minta didoakan suami dan orang tua untuk diberi kemudahan. 


 

Alhamdulillah kondisi sudah mulai membaik, badan sudah agak enakan, satu demi satu benang permasalahan tentang draft paper sudah mulai terurai. Kalau ada yang hasilnya tidak sesuai dengan yang diperkirakan kenapa dan mengapa, tak coba untuk menggambarkannya. Hingga ketiga spvku setuju. Akhirnya akhir July ketiga spv setuju untuk submit. "We have to move on", they said. Submitnya kemana sudah didiskusikan, masalah dana ga masalah katanya. 

Tapi sebelum submit, draft ini harus disetujui dulu sama spv ke tiga. Beliau juga senior professor, lulusan kampus ternama dunia, dan native english. Pass banget. Walaupun menurutku sudah ok, tetapi masih ada sedikit revisi dari beliau dan itu masalah written englishnya. "Ternyata ada beberapa kalimat yang menurutku ok, tapi kalau di baca native speaker kayaknya kurang jelas". Habis revisi, bismillah paper tersebut akhirnya submit bulan Agustus. 

Satu bulan kemudian hasil review datang, hasilnya adalah "Major Revision". Awalnya beberapa spv bilang, revisinya mudah. Tapi bagiku ga mudah. AKu kesulitan untuk mencerna hasil reviewnya dan bagaimana harus menjawab. Stress lagi, bingung lagi. Harus kerja lembur lagi. ALhamdulillah suami yang backup masalah anak, kalau lagi perlu lembur. Walaupun sudah kerja keras menurutku, tetapi review tidak bisa selesai di waktu yang ditentukan. AKhirnya minta perpanjangan revisi dikasih tambahan 5 hari. Alhamdulillah, Allah memberikan kemudahan sampai akhirnya semua spv setuju dengan jawaban reviewnya, habis itu baru submit.

 

Selang berapa minggu aku nerima notifikasi kalau paper accepted. Alhamdulillah, ini semata karena petunjuk Allah dan bantuan banyak pihak. Semua spv ngasih selamat. Dan ada satu email dr spv pertamaku yang membuatku kagum 

"AlhamduliAllah. May Allah guide us to do what is best. If you keep working hard, you can have another paper in 3 months of the calibre of TIP." 

 

Sebuah doa dan sebuah harapan. Begitulah akhir cerita proses publikasi ini, berat, penuh tangis, tertekan, stress. Tapi dengan memaksimalkan ikhtiar dan tawakkal, insyaAllah bisa. 

"Sharing is caring"