Friday 15 July 2011

Cara memasukkan image ukuran A4 di latex dengan ukuran A4

Defaultnya, ukuran margin atas (top margin) dan margin kiri (left margin) adalah 1 inchi. Permasalahan akan muncul jika kita ingin memasukkan gambar berukuran A4 ke dalam file latex kita yang ukuran papernya juga A4. Hal ini mungkin bisa disiasati dengan menyekala ukuran gambar yang kita punya. Tetapi permasalahannya kita tidak ingin membuat skala. Lantas salah satu caranya adalah dengan membuat margin kiri dan margin atas kita menjadi nol.

Caranya adalah sebagai berikut:

%code inlatex file%
\addtolength{\oddsidemargin}{-1in}

\addtolength{\topmargin}{-1in}

\begin{figure}

\includegraphics [height=29.7cm]{FIG/approval.eps}

\end{figure}


dimana approval.eps merupakan gambar berukuran A4. Dan kalau kita ingin menembalikan ukuran margin seperti semula caranya tinggal dengan:

%code inlatex file%
\addtolength{\oddsidemargin}{1in}

\addtolength{\topmargin}{1in}




Taipei, 16 Juli 2011

Sulit Bersyukur? Pandanglah Orang-Orang yang Ada dibawahmu


Sungguh indah dunia seorang muslim "Apabila ia ditimpa musibah dia bersabar dan apabila diberi kenikmatan dia bersyukur". Wow, kata-kata yang sangat bijak, namun mungkin sangat sulit sekali di terapkan, terutama oleh saya sendiri.

Pengalaman jalan-jalan di "night market" untuk beli oleh-oleh, maklum sudah dua tahun ndak pulkam alias pulang kampung membuat diri ini terperangah oleh kehidupan dunia. Sangat mewah sekali sehingga lupa bahwa sebenarnya dunia itu hanyalah tempat sementara, kalo orang jawa bilang "neng ndonyo iku cuman mamper ngombe". Apalagi jaan-jalannya dengan orang yang berduit, mereka sangat mudah untuk mengeluarkan uang untuk beli ini dan itu. Berbeda sekali denganku, kalo ingin sesuatu harus berfikir dulu "ini kebutuhan atau kah keinginan alias nafsu". Dan selalu diakhiri dengan tidak jadi membeli karena sadar dengan kondisi keuangan.

Akhirnya terbesitlah fikiran andaikan aku jadi orang kaya, andaikan aku punya banyak duit, andaikan ..., andaikan .... Astaghfirullah, aku telah mengingkari semua nikmat-Mu ya Allah. Justru hal itu membuat gelisah, tidak tenang, dll rasanya ga enak deh. Pulang dari "night market" sangat larut sekali langsung saja aku sholat dan tidur. Alhamdulillah bisa bangun sebelum subuh, bersua dengan zzat yang maha tinggi, bersimpuh di hadapan-Nya. Di sini aku banyak merenung, apa yang tadi malam aku lakukan, kenapa aku harus berandai-andai, bukankah semua orang akan dimintai pertanggung jawaban terhadap apa yang telah Allah berikan kepada-Nya? Kenapa harus iri? Coba lihat banyak sekali orang yang tidak bisa makan di luar sana? Coba lihat banyak sekali orang yang tidak bisa sekolah padahal aku sudah bisa sekolah master? Coba lihat kondisimu dulu, sehingga berlahan-lahan ALlah memperbaiki kondisimu. Astaghfirullah. ya Rabb, ternyata di sinilah aku menemukan keindahan, keindahan dalam bersimpuh di hadapan-Mu, ya Rabb terimakasih Engkau telah memberi kenikmatan yang tiada tara kepada hambamu.

Begitulah, kalau sulit untuk bersyukur "Pandanglah orang-orang yang ada di bawahmu".

Wallahu'alam bi shawab.

Taipei, 16 Juli 2011

Wednesday 13 July 2011

Cara Menulis Footnote (Catatan Kaki) dengan Latex

Untuk membuat catatan kaki seperti pada gambar berikut:



dengan :
"cat face data\footnote{\url {https://sites.google.com/site/catdatacollection/data}}"

Monday 11 July 2011

Kredibilitas Seorang Muslim




Subhanallah beginilah bertemu rasanya bertemu dengan orang shaleh, melihatnya mendengarkan taujihnya semakin meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Sebenarnya ada banyak yang ustadz sampaikan, cuma ini yang bisa aku catatkan di sini.

Kredibilitas seorang muslim (kemampuan yang harus kita miliki)
  1. Kredibilitas rukhi --> hal ini bisa dilihat dari ibadah kita, bagaimana tidak? siapa sih yg kita contoh, yaitu Rasulullah: beliau sholat sampe kakinya bengkak saking khusuknya. Tidak hanya sholat aja tentunya, puasa, dll.
  2. Kredibilitas fikri (kemampuan ilmu) -->Di mana seorang muslim harus berilmu. Di sini, ustadnya bilang, kalo kita beribadah dan berdakwah sedang kita tidak tau ilmunya, maka yang ada adalah dasar kita nafsu. Naudhubillah, tau sendiri kan kalo dasar ibadah adalah nafsu, maka arahnya bukan ke ALlah tapi justru ke syetan.
  3. Kredibilitas amali (kemampuan beramal atau berbuat) -->Jadi seharusnya setiap muslim itu kalo melakukan pekerjaan tidak hanya good atau better, tapi best. Artinya apa? bener2 dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang terbaik.
  4. Kredibilitas maali (kemampuan harta) --> Kalo ini sudah, seorang muslim harus kaya.
  5. Kredibilitas istima'i (kemampuan sosial) -->Jadi bukankah sebaik-baik seorang muslim adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain?
Wallahualam bishawab, semoga kita mampu mengamalkan semuanya,

Taipei, 12 Juli 2011

Sunday 10 July 2011

Jadilah Seperti Lebah


dakwatuna.com – Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang beriman itu bagaikan lebah. Ia makan yang bersih, mengeluarkan sesuatu yang bersih, hinggap di tempat yang bersih dan tidak merusak atau mematahkan (yang dihinggapinya).” (Ahmad, Al-Hakim, dan Al-Bazzar)


Seorang mukmin adalah manusia yang memiliki sifat-sifat unggul. Sifat-sifat itu membuatnya memiliki keistimewaan dibandingkan dengan manusia lain. Sehingga di mana pun dia berada, kemana pun dia pergi, apa yang dia lakukan, peran dan tugas apa pun yang dia emban akan selalu membawa manfaat dan maslahat bagi manusia lain. Maka jadilah dia orang yang seperti dijelaskan Rasulullah saw., “Manusia paling baik adalah yang paling banyak memberikan manfaat bagi manusia lain.”


Kehidupan ini agar menjadi indah, menyenangkan, dan sejahtera membutuhkan manusia-manusia seperti itu. Menjadi apa pun, ia akan menjadi yang terbaik; apa pun peran dan fungsinya maka segala yang ia lakukan adalah hal-hal yang membuat orang lain, lingkungannya menjadi bahagia dan sejahtera.


Nah, sifat-sifat yang baik itu antara lain terdapat pada lebah. Rasulullah saw. dengan pernyataanya dalam hadits di atas mengisyaratkan agar kita meniru sifat-sifat positif yang dimiliki oleh lebah. Tentu saja, sifat-sifat itu sendiri memang merupakan ilham dari Allah swt. seperti yang Dia firmankan, “Dan Rabbmu mewahyukan (mengilhamkan) kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia. Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu).’ Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan.” (An-Nahl: 68-69)


Sekarang, bandingkanlah apa yang dilakukan lebah dengan apa yang seharusnya dilakukan seorang mukmin, seperti berikut ini:


Hinggap di tempat yang bersih dan menyerap hanya yang bersih.


Lebah hanya hinggap di tempat-tempat pilihan. Dia sangat jauh berbeda dengan lalat. Serangga yang terakhir amat mudah ditemui di tempat sampah, kotoran, dan tempat-tempat yang berbau busuk. Tapi lebah, ia hanya akan mendatangi bunga-bunga atau buah-buahan atau tempat-tempat bersih lainnya yang mengandung bahan madu atau nektar.


Begitulah pula sifat seorang mukmin. Allah swt. berfirman:


Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu. (Al-Baqarah: 168)


(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (Al-A’raf: 157)


Karenanya, jika ia mendapatkan amanah dia akan menjaganya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak akan melakukan korupsi, pencurian, penyalahgunaan wewenang, manipulasi, penipuan, dan dusta. Sebab, segala kekayaan hasil perbuatan-perbuatan tadi adalah merupakan khabaits (kebusukan).


Mengeluarkan yang bersih.


Siapa yang tidak kenal madu lebah. Semuanya tahu bahwa madu mempunyai khasiat untuk kesehatan manusia. Tapi dari organ tubuh manakah keluarnya madu itu? Itulah salah satu keistimewaan lebah. Dia produktif dengan kebaikan, bahkan dari organ tubuh yang pada binatang lain hanya melahirkan sesuatu yang menjijikan. Belakangan, ditemukan pula produk lebah selain madu yang juga diyakini mempunyai khasiat tertentu untuk kesehatan: liurnya!


Seorang mukmin adalah orang yang produktif dengan kebajikan. “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (Al-Hajj: 77)


Al-khair adalah kebaikan atau kebajikan. Akan tetapi al-khair dalam ayat di atas bukan merujuk pada kebaikan dalam bentuk ibadah ritual. Sebab, perintah ke arah ibadah ritual sudah terwakili dengan kalimat “rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Rabbmu” (irka’u, wasjudu, wa’budu rabbakum). Al-khair di dalam ayat itu justru bermakna kebaikan atau kebajikan yang buahnya dirasakan oleh manusia dan makhluk lainnya.


Segala yang keluar dari dirinya adalah kebaikan. Hatinya jauh dari prasangka buruk, iri, dengki; lidahnya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali yang baik; perilakunya tidak menyengsarakan orang lain melainkan justru membahagiakan; hartanya bermanfaat bagi banyak manusia; kalau dia berkuasa atau memegang amanah tertentu, dimanfaatkannya untuk sebesar-besar kemanfaat manusia.


Tidak pernah merusak


Seperti yang disebutkan dalam hadits yang sedang kita bahas ini, lebah tidak pernah merusak atau mematahkan ranting yang dia hinggapi. Begitulah seorang mukmin. Dia tidak pernah melakukan perusakan dalam hal apa pun: baik material maupun nonmaterial. Bahkan dia selalu melakukan perbaikan-perbaikan terhadap yang dilakukan orang lain dengan cara-cara yang tepat. Dia melakukan perbaikan akidah, akhlak, dan ibadah dengan cara berdakwah. Mengubah kezaliman apa pun bentuknya dengan cara berusaha menghentikan kezaliman itu. Jika kerusakan terjadi akibat korupsi, ia memberantasnya dengan menjauhi perilaku buruk itu dan mengajukan koruptor ke pengadilan.


Bekerja keras


Lebah adalah pekerja keras. Ketika muncul pertama kali dari biliknya (saat “menetas”), lebah pekerja membersihkan bilik sarangnya untuk telur baru dan setelah berumur tiga hari ia memberi makan larva, dengan membawakan serbuk sari madu. Dan begitulah, hari-harinya penuh semangat berkarya dan beramal. Bukankah Allah pun memerintahkan umat mukmin untuk bekerja keras? “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Alam Nasyrah: 7)


Kerja keras dan semangat pantang kendur itu lebih dituntut lagi dalam upaya menegakkan keadilan. Karena, meskipun memang banyak yang cinta keadilan, namun kebanyakan manusia –kecuali yang mendapat rahmat Allah– tidak suka jika dirinya “dirugikan” dalam upaya penegakkan keadilan.


Bekerja secara jama’i dan tunduk pada satu pimpinan


Lebah selalu hidup dalam koloni besar, tidak pernah menyendiri. Mereka pun bekerja secara kolektif, dan masing-masing mempunyai tugas sendiri-sendiri. Ketika mereka mendapatkan sumber sari madu, mereka akan memanggil teman-temannya untuk menghisapnya. Demikian pula ketika ada bahaya, seekor lebah akan mengeluarkan feromon (suatu zat kimia yang dikeluarkan oleh binatang tertentu untuk memberi isyarat tertentu) untuk mengudang teman-temannya agar membantu dirinya. Itulah seharusnya sikap orang-orang beriman. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” (Ash-Shaff: 4)


Tidak pernah melukai kecuali kalau diganggu


Lebah tidak pernah memulai menyerang. Ia akan menyerang hanya manakala merasa terganggu atau terancam. Dan untuk mempertahankan “kehormatan” umat lebah itu, mereka rela mati dengan melepas sengatnya di tubuh pihak yang diserang. Sikap seorang mukmin: musuh tidak dicari. Tapi jika ada, tidak lari.


Itulah beberapa karakter lebah yang patut ditiru oleh orang-orang beriman. Bukanlah sia-sia Allah menyebut-nyebut dan mengabadikan binatang kecil itu dalam Al-Quran sebagai salah satu nama surah: An-Nahl. Allahu a’lam. []


artikel ini diambil dari http://www.dakwatuna.com/2007/jadilah-seperti-lebah/

Cara Rasulullah Membela Kehormatan Orang Lain

Majlis yang paling mulia adalah majlis dzikir dan ilmu. Sekarang, bagaimana menurutmu bila seorang manusia terpilih dan pembimbing umat maju mengetengahkan pembicaraan dan pengarahan dan bimbingan-nya!


Beliau selalu mengoreksi orang yang keliru, meluruskan kesalahan orang yang jahil, memperingatkan orang yang lalai, sama sekali tidak di dapatkan dalam majlis beliau kecuali kebaikan-kebaikan. Hal itu adalah salah satu bukti kesucian majlis dan ketulusan hati beliau .


Beliau selalu menyimak dengan baik dan mendengarkan dengan saksama orang yang berbicara kepada-nya. Akan tetapi beliau tidak mau mendengarkan ghibah (gunjingan) dan tidak rela mendengarkan namimah (hasutan) dan buhtan (tuduhan palsu dan ucapan bohong). Beliau selalu membela kehormatan orang lain.


Dari 'Itban bin Malik Radhiallahu'anhu ia berkata: "Pada sebuah kunjungan, beliau mengerjakan shalat rumah kami. Seusai shalat beliau bertanya: "Di mana gerangan Malik bin Ad-Dukhsyum?" Ada seseorang yang menyahut: "Dia adalah seorang munafik, dia tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam segera menegur seraya berkata: "Jangan ucapkan demikian, bukankah kamu mengetahui dia telah mengucapkan kalimat syahadat Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah?" Sesungguhnya Allah Subhanahu wata’ala telah mengharamkan atas neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah ! Sesungguhnya Allah telah mengharamkan atas Neraka setiap orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallaahu semata-mata mengharapkan pahala melihat wajah Allah ! (Muttafaq 'alaih)


Beliau sangat memperingatkan dari persaksian palsu dan perampasan hak!

Dari Abu Bakar radhillaahu anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

"Inginkah aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang paling besar?" Kami menjawab: "Tentu saja wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam!" Beliau berkata: "Mempersekutukan Allah , mendurhakai kedua orang tua, lalu beliau bangkit dari sandarannya sambil berkata: "Ketahuilah, berikutnya adalah persaksian palsu!" beliau terus mengulangi ucapan itu sehingga kami berharap beliau menghentikannya." (Muttafaq 'alaih)


Meskipun beliau mencintai 'Aisyah radhiallaahu anha, beliau tetap menyanggah ghibah yang diucapkan istri beliau tercinta itu. beliau jelaskan kepadanya betapa besar bahaya ghibah.


'Aisyahradhiyallahu 'anha pernah berkata: "Cukuplah bagimu tentang kekurangan Shafiyyah radhiyallahu 'anha bahwa dia begini dan begini." Perawi menjelaskan: Yaitu pendek tubuhnya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam langsung menegur:

"Engkau telah mengucapkan sebuah kalimat yang seandainya dicampur dengan air lautan niscaya akan mengotorinya." (HR. Abu Daud)


Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberikan kabar gembira bagi orang yang membela kehormatan saudaranya (seagama). Beliau bersabda:

"Barangsiapa yang membela kehormatan saudara-nya dari perkataan ghibah, niscaya Allah Subhanahu wata’ala akan membebaskannya dari api Neraka." (HR. Ahmad)


diambil dr: buku "Sehari di kediaman Rasulullah Shallallahu'alaihi Wassalam" karangan Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman AlQasim